Minggu, 01 Januari 2012

titik nadir

kawat itu panjang terbentang menjadi satu harap
merintih, meronta , mengisi kosong diagonal yang tampak sesak
jiwa jiwa sepi  memanggil rindu berkata pilu tanpa ucap
bercerita tentang  titik nadir

andai aku bisa kembali dalam masa keemasan
saat kaki tampak kecil enggan menyapa tanah, meringkuk dalam selimut tipis yang hangat
saat tangan menggapai ibu jari yang menari nari ,mengisyaratkan awal dari sebuah rasa yang tampak semu
dan saat mata terpejam,  enggan melihat wajah wajah asing di depan mata

andai sang mawar terus mekar, menjadi harum semerbak menemani sepi
ku bingkai dalam ikatan ikatan kecil nan indah bersemi
seperti bunga teratai di danau paniai
atau bunga sakura yang gugur saat tiba musim semi

waktu tak kembali , harapan membaur dalam langkah gontai yang terasa sepi
dimana harus ku cari tempat itu , lembah kosong awal dari kehidupan
yang mereka namakan titik nadir

 

 

wima angkasa agung putra

27 12 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar