Senin, 30 September 2013

Rindu, semu "retorika"

kau seperti tanda tanya tanpa jawab
seperti seru yang menderu
seperti semu dalam gemuruh
dan Aku ingin mengungkapkan semuanya,
membiarkan setiap kata menjadi kenyataan.

tenggelam di ujung resah
setiap nafas menggambar wajah wajah kehilangan.
kehilangan nafas juga detak. juga denyut. juga harap.

kini ku biarkan takdir berjalanlah senyata mungkin
senyata kemungkinan kemungkinan baru tentang siapa diriku.
tentang siapa makhluk yang diam dalam gelisah
tentang siapa makhluk yang mencari keramaian dalam dirinya sendiri.
sendiri dan sepi.

dan kini, kamar itu masih menjadi satu retorika kecil tentang kita..
karena kita masih menjadi satu rindu yang menggantung di ujung matahari.

salam rindu untukmu.
salam rindu untuk cinta yang tak terjamah.




remember





aku dalam pementasan sapu tangan merah jambu, dan kamu di bangku sedang melihat aku yang menggambar di sterofom sebelum pementasan. 






hari terakhir, sajak terakhir. surat terakhir.



entah sudah berapa hari kepergihanmu. ini surat terakhirku, mungkin seperti sajak
karena memang ini sajak. tapi anggap saja ini seperti surat. 
surat yang mewakili kerinduanku, tapi semua sudah baik baik saja, tidak usah perdulikan. aku tidak butuh simpati atau empati, karena memang aku baik baik saja. dan mungkin jika kau melihat langsung wajahku, aku sedang tersenyum saat ini. 







30 september 2013

wima angkasa agung putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar