Cinta.... bagai stalagmit stalagmit yang terbentuk dari awan, yang senantiasa menemani pagi siang dan malam.
Cinta.... bagai nebula nebula kecil di angkasa menemani bintang dan bulan dalam setiap gelapnya malam.
Cinta.... bagai matahari dalam surau, dimana setiap doa bersenandung menuju nadimu, darahmu juga jantungmu.
Cinta.... bagai warna dalam lukisan tak pernah berkata dalam nada, suara dan bahasa tapi berwarna.
aku tak begitu tau banyak tentang cinta atau rasa yang sering ku ibaratkan dalam berbagai macam kosakata,
tapi aku mengerti, rindu adalah kamu yang senantiasa menjagaku dalam resah.
dan kesedihan adalah kamu yang selalu mengenalku tanpa batas
tanpa ego yang menyekat aku dan kamu dalam Kita
Tapi apakah ada yang harus aku mengerti ketika kelak kau pergi,
apakah ada yang harus aku pahami ketika kelak kau tak lagi mencium keningku dalam pagi,
atau membasuh kerinduanmu dalam pelukan ketika aku tak tau lagi di mana rindumu ?..
Tapi tunggu dulu jangan kau terjemahkan semua ini sebagai caraku mencintaimu... !
ini hanya improviasasi dalam sajak yang coba ku sempurnakan dalam tulisan.
dan rasa... hanyalah satu cara yang coba ku improvisasikan dalam setiap kehilangan.
dan kerinduan... hanyalah cara yang coba ku improvisasikan ketika kau ada dan tiada
dan cinta... hanyalah cara yang coba ku improvisasikan dalam setiap sajak ketika aku berkata :
"Masihkah kau mencintaku"
inspirasi pementasan teater koma - Tanda cinta
Pelita, itulah cinta. Ia memandu jalan, mengubah luka menjadi bahagia, penerang kalbu dan matahari jiwa. Segalanya, memang, bersumber dari cinta.
Lantas, masih adakah cinta di antara kita, dalam kehidupan bernegara ini? Jawabannya hanya ada dua: ’Masih Ada’ dan ’Tidak Ada’. Hanya dalam keheningan, dan dengan hati, kita bisa menjawabnya.
Gambar Teater koma
Jakarta 23 juni 2013
wima angkasa agung putra